Sabtu, 06 Januari 2018

Kisah Sebab Akibat 21


Kisah Hukum Sebab Akibat Karya Ji Xiaolan
Memberi Nasehat Dengan Bijak

Sarjana Negeri yang bernama Wang Xiao-yuan mengisahkan : Ada seorang Bhiksu tua ketika berjalan melewati rumah potong, mendadak air mata mengalir membasahi wajahnya, kelihatannya sangat memilukan sekali. Orang-orang yang berada di sekitarnya jadi keheranan, lalu bertanya padanya, mengapa bisa demikian?

Bhiksu tua ini berkata : “Ceritanya panjang! Saya mampu mengingat kejadian dua periode kelahiran lampauku. Satu periode sebelumnya saya adalah tukang jagal, baru usia 30 sekian tahun sudah meninggal dunia.

Arwahku digiring oleh beberapa setan petugas Neraka, Raja Yama menyalahkan diriku karena jadi tukang jagal, dosaku berat sekali, lalu memerintahkan pengawalnya untuk membawaku pergi bertumimbal lahir menerima balasan atas perbuatan jahatku.   

Saat itu antara setengah sadar setengah tidak, bagaikan mabuk juga bagaikan mimpi, hanya merasa sekujur tubuhku panasnya sampai tak tertahankan lagi, sesaat kemudian jadi merasa sejuk, dalam sekejab mata, saya bertumimbal lahir di kerumunan babi.

Setelah tidak disusui lagi, saya menemukan makanan yang diberikan majikan kepada kami begitu jorok sekali, melihat makanan tersebut saya jadi muak. Namun karena tidak sanggup menahan rasa lapar, akhirnya dengan terpaksa menyantapnya juga.   

Kemudian, perlahan-lahan saya mulai menguasai bahasa babi, selalu bertegur sapa dengan babi-babi lainnya, hampir semuanya masih mengingat masa kelahiran lampau mereka, hanya saja tidak berdaya memberitahukannya kepada manusia.

Mereka juga tahu suatu hari nanti akan disembelih, maka itu sering mengeluarkan suara lengkingan, sebagai ungkapan kecemasan di hari mendatang! Seringkali tampak air mata tertahan di pelupuk mata mereka, itu adalah ungkapan kesedihan atas nasib mereka yang sungguh tragis!

Tubuh mereka begitu gendut dan ceroboh, ketika musim panas tiba, mereka merasakan panas yang luar biasa yang sulit ditahan, hanya dengan menceburkan diri ke dalam kubangan yang kotor barulah terasa sedikit nyaman, tetapi seringkali dikurung ke dalam kandang, bahkan kesempatan berendam dalam kubangan saja sulit diperoleh.

Bulu mereka tipis dan kaku, ketika musim dingin tiba, mereka akan menggigil kedinginan. Maka itu ketika mereka melihat anjing dan domba yang memiliki bulu yang lembut dan tebal, jadi begitu mengkaguminya.

Setelah tumbuh besar dan berat badan sudah mencukupi, majikan akan datang menangkap, di dalam hati meskipun sudah tahu mustahil bisa menghindari jeratan maut ini, tetapi tetap saja berusaha melawan dan kabur, dengan harapan masih memiliki kesempatan hidup walaupun cuma untuk sesaat saja.

Akhirnya setelah tertangkap, manusia akan menggunakan kakinya untuk menginjak kepalaku, lalu mengikat empat kakiku, mereka mengikatku erat-erat sampai talinya sudah hampir mencapai tulangku, sakitnya seperti disayat pisau.

Lalu kami dimuat ke dalam mobil atau kapal, ditumpuk-tumpuk, rasanya tulang berulangku hampir patah, urat nadi terasa tersumbat, perut serupa mau pecah. Kadang kala menggunakan bambu untuk menggotong diri kami dan empat telapak kaki kami menghadap ke atas, siksaan ini, lebih berat dibandingkan dengan terpidana manusia yang kaki tangannya dimasukkan ke dalam lubang papan kayu!       

Sampai di rumah potong, dalam waktu singkat sudah dilempar dan dibuang ke permukaan tanah. Begitu diriku terhempas dengan keras ke permukaan tanah, terasa organ dalam tubuhku hampir remuk semuanya.

Ada babi yang langsung disembelih pada hari itu juga, sisanya diikat dan dibiarkan di sana selama beberapa hari, justru yang masih hidup ini yang lebih tersiksa rasanya. Setiap hari mata memandang pisau jagal di sebelah kiri dan pot sup mendidih di sebelah kanan, tidak tahu kapan tiba giliran diri sendiri, ketika satu tusukan pisau jagal sampai ke perutku, entah bagaimana sakitnya?  

Setiap hari diliputi ketakutan, sekujur tubuh tiada henti-hentinya bergemetaran. Teringat lagi akan tubuh diri sendiri yang gendut ini, entah akan dipotong-potong jadi berapa bagian nantinya, akan menjadi hidangan lezat di atas meja keluarga siapa, pastinya merupakan akhir dari tragedi yang tragis.

Menunggu hingga tiba giliran sendiri, begitu badan ini diseret tukang jagal, jadi ketakutan sampai kepala terasa pusing dan mata kabur, empat kaki terasa lemas, jantung berdebar keras seakan hendak melompat keluar, semangatku ibarat sudah terbang keluar melalui puncak kepala, lalu jatuh kembali.

Begitu pisau jagal diangkat, tampak seberkas sinar yang menyilaukan, manalah berani membuka mata memandangnya, hanya dapat memejamkan mata menanti hingga satu sayatan jatuh.

Pertama-tama tukang jagal akan memotong kerongkonganku hingga putus, lalu menggoyang-goyangkan sejenak, membiarkan darah mengalir ke baskom. Siksaan pada momen ini tak terungkapkan dengan kata-kata, benar-benar merupakan ingin mati tidak bisa mati, ingin hidup lebih mustahil lagi, hanya bisa mengeluarkan suara yang memilukan hati.

Setelah darahku mengalir tak bersisa lagi, satu tusukan pisau menembus ke jantungku, sakitnya hingga tak sanggup lagi bernafas, bahkan suara kesakitan juga tidak sanggup lagi dilontarkan keluar.

Perlahan-lahan kesadaranku menurun, bagaikan mabuk juga bagaikan mimpi, kondisinya hampir mirip seperti waktu bertumimbal lahir. Setelah melewati satu kurun waktu barulah sadar kembali, menemukan diri sendiri kembali pada wujud manusia.

Kali ini Raja Yama melihat diriku pernah berbuat baik pada masa kelahiran lampau, sehingga mengijinkan diriku bertumimbal lahir jadi manusia, yaitu diriku yang sekarang ini.

Tadi saya melihat seekor babi menjerit kesakitan akibat dijagal, sehingga saya jadi teringat siksaan yang pernah saya alami pada masa kehidupan lampauku. Juga mengasihani tukang jagal ini kelak pada masa kehidupan mendatang, tak terhindarkan dari siksaan dijagal orang lain, tiga jenis perasaan memilukan berkecamuk di dalam hati, air mata tak terbendung dan mengalir keluar”.  

Saat itu tukang jagal yang ikut mendengar ucapan Bhiksu tua, tanpa berkata apa-apa, langsung membuang pisau jagalnya, sejak itu beralih profesi jadi penjual sayur.                      


紀曉嵐寫的因果故事
善巧勸誡
  汪閣學曉園言:有一老僧過屠市,泫然流涕。或訝之。曰:「其說長矣。吾能記兩世事。吾初世為屠人,年三 十餘死,魂為數人執縛去。冥官責以殺業至重,押赴轉輪受惡報。覺恍惚迷離,如醉如夢,惟惱熱不可忍。忽似清涼,則已在豕欄矣。斷乳後,見食不潔,心知其 穢。然飢火燔燒,五臟皆如焦裂,不得已食之。後漸通豬語,時與同類相問訊,能記前身者頗多,特不能與人言耳。大抵皆自知當屠割,其時作呻吟聲者,愁也。目 睫往往有濕痕者,自悲也。軀幹癡重,夏極苦熱,惟汩沒泥水中少可,然不常得。毛疏而勁,冬極苦寒,視犬羊軟毳厚氄,有如仙獸。遇捕執時,自知不免,姑跳踉 奔避,冀緩須臾。追得後,蹴踏頭頂,拗捩蹄肘,繩勒四足深至骨,痛苦刀劙。或載以舟車,則重疊相壓,肋如欲折,百脈湧塞,腹如欲裂。或貫以竿而扛之,更痛 甚三木矣。至屠市,提擲於地,心脾皆震動欲碎。或即日死,或縛至數日,彌難忍受。時見刀俎在左,湯鑊在右,不知著我身時,作何痛楚,輒簌簌戰慄不止。又時 自顧己身,念將來不知磔裂分散,作誰家杯中羹,淒慘欲絕。比受戮時,屠人一牽拽,即惶怖昏瞀,四體皆軟,覺心如左右震盪,魂如自頂飛出,又復落下。見刀光 晃耀,不敢正視,惟瞑目以待刲剔。屠人先(事)刃於喉,搖撼擺撥,瀉血盆盎中。其苦非口所能道,求死不得,惟有長號。血盡始刺心,大痛,遂不能作聲。漸 恍惚迷離,如醉如夢,如初轉生時。良久稍醒,自視已為人形矣。冥官以夙生尚有善業,仍許為人,是為今身。頃見此豬,哀其荼毒,因念昔受此荼毒時,又惜此持 刀人將來亦必受此荼毒,三念交縈,故不知涕淚之何從也。」
  屠人聞之,遽擲刀於地,竟改業為賣菜傭。
  【譯文】
  內閣學士汪曉園先生說:有個老僧路過屠宰場時,忽然淚流滿面,好像很傷心的樣子。人們覺得奇怪,便去詢問他為何如此?
  這位老僧說:「說來話長啊!我能記得前兩世的事。我早先一世是個屠戶,活到三十多歲就死了。亡魂被幾個 鬼卒綁了去,閻王責斥我從事屠殺,罪業深重,便令鬼卒把我押赴去轉世受惡報。當時,我就感覺恍惚迷離,如醉如夢,只覺得全身熱得不可忍受,一會兒又忽然感 到清涼,轉眼間,便已降生在豬圈裡了。
  斷奶之後,我發現主人給我們餵養的飼料很髒,看了這些飼料就覺得噁心。怎奈飢腸轆轆,餓火燔燒,五臟六腑像要焦裂,不得已,也得勉強吃下去。
  後來,我漸漸能通曉豬語,經常和同類們打招呼,它們差不多都能記得前生的事,只是沒法向人類訴說。它們 都知道自己總有一天要被宰殺,所以時常發出呻吟的聲音,那是在為將來發愁啊!它們的眼角和睫毛上常常掛著淚花,那是為自己不幸的命運悲泣啊!它們的軀體笨 重,到了夏天,酷熱難熬,只有把身體浸泡在爛泥水坑裡,才感覺好受些,但常常被關在豬欄裡,連這泡爛泥的機會也是不可多得。它們的皮毛稀疏而堅硬,到了冬 天,極不耐寒。所以,當它們看到狗和羊那一身柔軟厚實的毛皮,就羨慕得簡直像是獸類中的神仙一般。等到長夠了重量,當主人來抓捕時,心裡明知道難免一死, 還是拚命蹦跳躲閃,以希求能夠多活片刻。終於被抓住後,人們用腳狠勁地踩住頭部,拽過四隻蹄肘用繩子捆綁起來,那繩子深勒得幾乎快到骨頭上,痛得像刀割一 般。接著,就把我們裝載在車上或船上,互相積壓重疊,只覺肋骨欲斷,百脈湧塞,肚子似要裂開。有時候,用一根竹棍,把我們四蹄朝天地抬著走,那滋味,比官 府裡給犯人上三木夾還難受呢!到了屠宰場,就一下子被扔到地上。這一摔,心脾內臟都被震動得快要碎了。有的當天就被宰殺了,有的被綁著扔在那裡好幾天,更 難忍受。整天眼看著刀俎在左,湯鍋在右,不知哪一天臨到自己,那一刀刺下來將是怎麼樣的痛楚?整天提心吊膽,渾身上下只是籟籟顫抖不止。再想到自己這肥胖 的軀體,不知將要被分割成多少塊,做誰家餐桌上的美味佳餚,又不免淒慘欲絕。等輪到自身被殺戮的時候,屠夫一拉拽,便嚇得頭昏眼花,四肢癱軟,只覺得一顆 心在胸中左右震盪,神魂如從頭頂上飛出,又落了回來。一見刀光在面前閃耀,那敢正眼視之,只能緊閉眼睛等著那一刀刺下來。屠夫先用尖刀把喉嚨割斷,然後搖 晃擺撥,把血瀉到盆盎中。那一霎時的痛苦就沒法用語言表達了,真是求生不能求死不得,只有悲聲長嗥而已。血放完了,再一刀捅進心臟,痛得轉不過氣來,連痛 楚的哀呼都發不出來了。漸漸恍惚迷離,如醉如夢,又和剛轉生時的情形差不多。過了許久時間漸漸清醒,發現自己又轉為人形了。這是閻王爺念我前生還做些善 業,允許我仍然托生為人,也就是現在的我。剛才,我看見這頭豬身受屠戮的哀痛,不由得使我聯想起我前生的那一番苦難遭遇,又憐惜這位屠夫來生也同樣免不了 受屠戮之苦,這三種情感交縈於心,淚水竟不由自主地從眼眶中湧了出來。」
  在場的那位屠夫聽了老僧這番話,二話沒說,當即把屠刀扔在地上,從此改行賣菜去了。