Jumat, 02 Januari 2015

Makna Syair Kebajikan Tersembunyi 19



Makna Syair Kebajikan Tersembunyi Dewa Wen Chang
Bagian 19

Selanjutnya adalah kalimat ke-30 dan 31 :

“Mengasihani yatim piatu dan janda. Menghormati orang tua dan mengasihani fakir miskin”

Ini membahas tentang anak yatim piatu, terhadap janda, terhadap orang lanjut usia, terhadap orang yang kurang mampu, mereka merupakan sosok dalam masyarakat yang patut dikasihani, yang paling tidak memiliki tempat bergantung. Dibandingkan dengan sebagian orang pada umumnya, keadaan mereka lebih menderita, lebih tidak bahagia, maka itu kita patut mengasihi, dengan tulus memberi perhatian dan menjaga mereka. Karena setiap manusia adalah saudara kita, adalah satu dengan diri kita, apalagi mereka yang kurang beruntung, kita harus peduli dan menjaga mereka.

Guru kita (Master Chin Kung) menggalakkan “menghidupi orang tua dan mendidik anak”, tahun-tahun sebelumnya, guru juga menggalakkan “Perkampungan Amitabha”, baru-baru ini beliau juga memunculkan gagasan untuk mendirikan “Taman Bahagia Orang Tua”.

Mendirikan taman bahagia orang lanjut usia, modelnya serupa dengan pondok/wisma tamu, karyawan yang direkrut harus sudah pernah mengikuti pelatihan pendidikan budi pekerti “Di Zi Gui”, para lansia yang berada di dalam taman bahagia ini, satu orang menempati satu kamar, segala keperluan hidup ada yang mengurusnya, menu makanan tiga kali sehari ada buffet, dengan menu utamanya adalah vegetarian.

Di luar pondok dibangun taman bunga, sehingga lansia memiliki semangat hidup yang berlimpah. Lansia masih tetap dapat mengikuti program belajar. Bagi yang memiliki kemampuan dan bakat ketrampilan, masih dapat menjadi staf pengajar di dalam taman bahagia, membagi ketrampilan yang mereka miliki, keterampilan sendiri juga akan semakin mahir, sehingga lansia dapat melewati hari tuanya di taman bahagia dengan bahagia.

Taman bahagia ini jangan menggunakan nama semacam panti jompo, mengapa demikian? Dengan menggunakan nama villa, umpamanya ketika guru (Master Chin Kung) sedang berada di Gunung Gurupadaka, beliau memotivasi mereka untuk membangun Villa Gurupadaka, , atau ketika berada di kaki bukit di wilayah Dali, guru memotivasi mereka untuk mendirikan villa kaki bukit, jadi menggunakan nama villa, dengan demikian para lansia yang tinggal di dalamnya takkan merasa bahwa diri sendiri sudah tua, jika memakai nama panti jompo, akan merasa bahwa diri sendiri sudah tua makanya tinggal di panti jompo, ini merupakan beban di dalam hatinya.

Di samping panti jompo didirikan sekolah budi pekerti, anak-anak dapat bersekolah di sini. Di sini diajarkan tentang budi pekerti dan Hukum Sebab Akibat, ditambah dengan mata pelajaran wajib dari pemerintah. Metode yang digunakan dalam belajar adalah seperti yang tercantum di dalam “Klasik Tiga Aksara”, yakni “kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada menfokuskan diri pada satu mata pelajaran”, contohnya kurikulum kelas enam sekolah dasar, andaikata harus mempelajari enam mata pelajaran, sekarang anak kelas satu sekolah dasar saja harus belajar banyak mata pelajaran, di dalam sekolah budi pekerti ini  setahun hanya belajar satu mata pelajaran saja, setelah selesai belajar satu mata pelajaran barulah dilanjutkan dengan mata pelajaran yang kedua, seluruh mata pelajaran dari kelas satu hingga enam sekolah dasar dapat dikuasai sekaligus dalam waktu hanya setahun saja, jadi kuncinya terletak pada terfokus.

Dengan demikian dapat mengurangi beban tekanan pada anak murid, tas sekolah juga tidak perlu memuat begitu banyak buku, setiap hari cukup membawa satu buku saja, karena dia hanya belajar satu mata pelajaran saja, pikirannya terfokus pada satu mata pelajaran tersebut, seluruh perhatiannya juga jadi terpusat, hasilnya lebih bagus melampaui anak murid yang belajar banyak-banyak dan campur aduk. Bersamaan itu pula ada waktu untuk pembinaan moralitas dirinya, mempelajari Hukum Sebab Akibat dan ajaran para insan suci dan bijak.

Semoga ada insan mulia yang akan mewujudkan pemikiran ini, inilah yang dimaksud dengan “Mengasihani yatim piatu dan janda, menghormati orang tua dan mengasihani fakir miskin”. Andaikata kita tidak dapat belajar ajaran para insan suci dan bijak, maka ini serupa dengan membuat sekat pemisah dengan leluhur kita, hal ini juga sama dengan tidak mempunyai leluhur, tidak memiliki ayahbunda, bukankah kita juga telah menjadi anak yatim piatu? Anak yatim kultural. Maka itu kita harus mengasihani anak-anak generasi selanjutnya, agar mereka dapat menikmati pendidikan budi pekerti dan budaya tradisional Tionghoa, dapat meneruskan budaya Bangsa Tionghoa yang unggul, jangan lagi menjadi anak yatim kultural.   

Dikutip dari Ceramah Dr. Zhong Maosen
Judul : Makna Syair Kebajikan Tersembunyi Dewa Wen Chang
Tanggal : 22 Januari 2009


文昌帝君陰騭文大意
(十九)

下面第三十和三十一句:

【矜孤恤寡,敬老憐貧。】

這是講到對孤兒、對寡婦、對老人、對貧窮的人,這些人都是社會當中最可憐的,最沒有依靠的。這類人比一般人更苦,更不幸,所以我們要同情、要憐憫,用真心去關懷他們,照顧他們。因為凡是人,都是我們的同胞,都是跟我們一體的,尤其是這些不幸的人,我們更要加意的照顧。我們師父上人提倡養老育幼這個理念,早年又提倡彌陀村,最近又提修建老人樂園。建立老人樂園建立成賓館式的,請的這些服務人員都受過《弟子規》的培訓,老人家在這個樂園裡面一個人一個房間,生活起居都有人照顧,三餐飯有自助餐廳,以素食為主,外面有很好的這些田園、花園,另外有豐富的精神生活。老人家還依然能夠學習,有能力、有技術的,還能夠在樂園裡面開課講學,傳授他們的技藝,發揮餘熱,讓老人家能夠在這個樂園當中安度晚年。

這個樂園不要用養老院這些名稱,要什麼?以這個山莊、別墅來命名。譬如說,師父在雞足山鼓勵他們建了雞山山莊,或者是在大理那裡蒼山腳下建一個蒼山別墅,用這些名稱,這樣老人家在這裡面他就不覺得自己老,如果用老人院,就覺得自己老了才住老人院,這都有心理的負擔。老人院旁邊附設著實驗學校,育幼,這些老人的子弟在這裡上學。實驗學校用傳統的倫理道德因果,加上現在的國家提倡的這些教學內容。學習的方法用《三字經》裡面講的「教之道,貴以專」,譬如說小學六年的課程,如果要學六門,現在的學校是一年學好多門,在這個實驗學校裡面一年只學一門,學完一門之後再學第二門,把現在學校六年的課程一年學好,把這一門學通了再學第二門,貴以專。這樣學生壓力會很輕,書包也不用裝這麼多書,每天只帶一本書,他只上一門,他的腦子集中在這一門上,整個這個精神專注,效果比那個學得很雜的學生要學得好。同時能夠有時間加強倫理道德的修養,學習因果聖賢的教育,這是育幼。

  這些理念希望有仁人長者去推動、去落實,這就是這裡講的『矜孤恤寡,敬老憐貧』。假如我們不能夠學習聖賢教育,就等於跟我們老祖宗有了隔閡,有了代溝,我們就等於沒有自己的老祖宗,沒有自己的父母,我們不也成了孤兒?文化的孤兒。所以我們要憐憫下一代的孩子,讓他們能夠受中華傳統倫理道德的教育,能夠繼承我們中華民族優秀的文化,不要再成為文化的孤兒。  

摘錄自
文昌帝君陰騭文大意  鍾茂森博士主講  (第二集)  2009/1/22  華嚴講堂  檔名:52-328-0002